Rabu, 21 Maret 2012

Perkembangan Pengolahan Besi






Logam besi (Fe) dikenal karena memiliki kekuatan yang tinggi, mudah dibentuk serta keberadaannya cukup banhyak di alam. Logam besi banyak dimanfaatkan oleh manusia terutama dan sebagian besar untuk membuat dua kelompok paduan besi. (ferrous alloys), yaitu baja (steel) dan besi cor (cast iron). Baja dan besi cor dibuat dari bahan baku berupa bijih besi yang terdapat dialam dalam bentuk mineral, umumnya seperti hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4 ), limonit FeO(OH).nH2O).
Dengan prinsip reduksi, yaitu mereaksikan dengan reduktor seperti karbon yang dapat diperoleh dari batu bara atau arang kayu dengan bijih besi dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi, maka akan diperoleh logam besi (Fe).
Karena kebutuhan terbanyak akan logam ini adalah berupa baja dan besi cor, maka sebagian besar pengolahan bijih besi berakhir dengan dihasilkan berbagai jenis baja dan tipe besi cor, dan hanya sedikit orang sengaja memproduksi besi murni karena besi murni ini umumnya hanya digunakan untuk keperluan industri kimia, farmasi dan riset, yang keperluannya hanya sedikit saja.
Dalam sejarahnya, teknologi pembuatan besi yang kemudian berkembang dengan semakin meningkatnya kemampuan tanur peleburan untuk melebur logam pada temperatur yang semakin tinggi oleh sebab ditemukannya kokas batubara, memberi manfaat dengan ditemukannya baja. Karena baja dikenal sangat tangguh, kuat, keras, dan tidak mudah patah serta mudah dibentuk, membuat logam ini dengan cepat mengisi per-adaban manusia secara luas.
Selain untuk peralatan tempur dan persenjataan, pada jaman kekaisaran roma telah dicatat pemakaian besi dan baja untuk pembuatan transport air dalam jarak ratusan mil, penguat jembatan disekeliling istana, serta sistem pembuangan limbah untuk publik. Selain itu diberbagai belahan dunia lainnya baja juga digunakan untuk penguat bangunan serta komponen alat transportasi seperti kereta kuda.
Terjadinya peningkatan kebutuhan yang sangat pesat akan baja pada 500 tahun sebelum Masehi didaratan Eropa, Afrika utara dan hampir seluruh wilayah Asia, mendorong pengembangan teknik pertambangan bijih besi.
Saat itu pencarian sumberdaya mineral besi relatif mudah, terdapat  ketersediaannya dalam jumlah yang cukup besar serta lokasi yang mudah dijangkau, namun demikian tuntutan akan produktifitas, kemudahan pengambilan serta faktor keamanan menuntut pengembangan metoda penambangan bijih besi secara sistematik.
Besar kemungkinan pengaruh aktifitas penambangan terhadap lingkungan belum mendapat perhatian yang cukup serius, meskipun telah dicatat pemakaian pompa untuk menghindari terjadinya banjir akibat aktifitas penambangan tersebut.Namun demikian umumnya dipercaya bahwa mulai saat itulah metoda penambangan yang menjadi dasar metoda penambangan modern mulai seperti misalnya perencanaan tambang berdasarkan perkiraan penyebaran bijih, pene-rapan jenjang serta penirisan air tambang. Selama beberapa abad memasuki tahun Masehi pemikiran baru dan inovasi teknologi tumbuh secara cepat meskipun sejarah sempat pula mencatat terjadinya kemunduran pemikiran (dark ages). Inovasi teknologi yang sangat dirasakan memberi manfaat lansung dalam kehidupan manusia pada kira-kira tahun 1750 menghasilkan revolusi industri dan persaingan antara beberapa perusahaan dan pemilik pabrik menimbulkan kreasi baru dibidang pengetrahuan, rekayasa dan teknologi.
Memasuki abad ke 19 dan 20 penemuan dibidang mesin, otomotif, pelayaran, kereta api, peralatan komunikasi telepon serta pesawat terbang, ditambah dengan pembangunan infrasturktur seperti jalan raya, jalan keraeta api serta kecenderungan pendirian bangunan bertingkat tinggi (high raise building) di beberapa kota besar membutuhkan pasokan baja dalam jumlah besar. Peningkatan produksi di beberapa industri pertam-bangan bijih besi dimungkinkan oleh ditunjangnya fasilitas peralatan berat, baik untuk pemboran, ekskavasi dan pengangkutan. Pembangunan nasional di berbagai bidang seperti infrastruktur dan industri seperti pertambangan dan migas, manufaktur, dan transportasi membutuhkan baja dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh baja sangat diperlukan untuk pembangunan jembatan, jalan layang, pelabuhan, gedung, pipa transmisi minyak dan gas serta alat transporta si seperti kendaraan bermotor, kereta api dan kapal serta peralatan penambangan dan pengolahan mineral. Industri baja nasional seperti PT. Krakatau steel sebagai ujung tombak produksi baja telah memulai produksinya sejak tahun 1970. Dengan produksi saat ini sebanyak 2,5 juta ton pertahun, ke depan produksi baja diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan.
Baik dalam kebutuhan dalam negeri maupun eksport. Namun Demikian, hingga kini bahan baku bijih besi untuk industri baja ini masi diimport dalam berbentuk pelet dari beberapa negara seperti Brazilia, Peru, Swedia, dan Cina, sehingga ketergantungan besi baja nasional akan bijih besi dari luar negeri sangat tinggi. 
Cadangan bijih besi dunia diperkirakan mencapai 160 – 370 milyar ton. Dengan kandungan besi berjumlah 79 – 180 milyar ton. Beberapa negara yang mempunyai cadangan bijih besi terbesar antara lain : Ukraina, Brazil, Russia, Cina, dan Australia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar