Rabu, 21 Maret 2012

Seni Kriya Tembaga, Kuningan Dan Aluminium


Seni Kriya Tembaga, Kuningan Dan Aluminium

Seni kerajinan kriya tembaga, kuningan dan aluminium tumbuh dan berkembang di kawasan Indonesia sejak tahun 2006 GudangArt.Com telah mempersembahkan maha karya baru dan berkualitas dalam seni kriya logam dan terus berinovasi sesuai perkembangan jaman. Kehadiran seni kerajinan kriya logam seiring sejalan dengan eksistensi manusia di wilayah tanah air. Penciptaannya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup, baik kebutuhan jasmani (fisik) maupun kebutuhan rohani/jiwani (spiritual). Oleh karena itu, hasil maha karya seni kriya logam sering merepresentasikan pola fikir dan perilaku masyarakat pada zamannya (Franz Boas,1955)
 


Keberadaan seni kriya logam tembaga, kuningan maupun aluminium selalu berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi tertentu, meskipun pemenuhan fungsi-fungsi itu sering dipandang hanya dari sisi fisiknya saja tidak menyeluruh, tidak sesuai dengan realitas kebutuhan hidup yang lengkap dan utuh. Ada tiga kategori fungsi seni, yaitu fungsi personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. 
  • Fungsi personal adalah berkaitan dengan pemenuhan kepuasan jiwa pribadi dan individu; 
  • Fungsi sosial adalah berhubungan dengan tujuan-tujuan sosial, ekonomi, politik, budaya dan kepercayaan; 
  • Fungsi fisik berurusan dengan pemenuhan kebutuhan praktis. 
Dalam perwujudannya, ketiga fungsi tersebut saling bersinergi, sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak dipisahkan.

Posted on 00:25 by PURWO SUPRIYATNO and filed under Berita, Cor Logam, Kerajinan Tembaga dan Kuningan | 0 Comments »

Artwork Panel Tembaga Penghias Ruang Keluarga

Artwork dari tembaga mempunyai ukuran panel 100cm x 100cm yang di letakkan pada media dinding kehadirannya menjadikan salah satu focal point utama mengingat letaknya berada tepat  dinding utama ruang keluarga atau anda bisa juga menempatkan artwork tembaga ini di area foyer. Dengan menggunakan teknik kepingan puzzle maupun ubin Artwork tembaga ini tampil bagai lukisan dinding yang menawan dan indah.
 



Posted on 00:23 by PURWO SUPRIYATNO and filed under Dekoratif Interior, Kerajinan Tembaga dan Kuningan, Relief | 0 Comments »

Membuat Logo Dari Bahan Logam Kuningan

Teknik dasar membuat logo dari logam kuningan pertama-tama adalah pemilihan bahan dasar plat kuningan harus mempunyai standar kualitas baik, ketebalan plat kuningan antara 0,6 - 0,8mm, logo atau emblem setelah melalui proses polish setelah itu seluruh permukaan plat kuningan di beri Coating dengan tujuan melindungi warna logam kuningan agar lebih awet.

Logo atau taiplogo sudah dikenal sejak pusat peradaban di Mesir dan Mesopotamia berkembang. Biasanya berupa koin atau emblem kerajaan. Penemuan dan teknik baru pembuatan logo terus berkembang hingga saat ini Mulai segel silinder (2300 SM), koin (600 SM), lambang, cap air, emblem perak, kuningan, tembaga dan pengembangan teknologi melalui media percetakan dengan mesin berteknologi canggih.
Posted on 01:14 by PURWO SUPRIYATNO and filed under Kerajinan Tembaga dan Kuningan, Logo Tembaga | Kuningan | 0 Comments »

Tralis Masjid - Ornamen Aluminium Cor

Progress pembuatan tralis masjid dengan konsep desain islamic untuk jendela masjid berbahan baku utama aluminium cor mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
  • Material Aluminium Cor 
  • Konstruksi rangka besi holo 4 x 4cm
  • Ukuran tralis tinggi 190cm x lebar 120cm
  • Dimensi ornamen aluminium cor tebal 1,5cm x lebar 2,5cm
  • Finishing Epoxy silver.

Relief - Panel Relief Batik Tembaga - Kuningan

Secara histories relief banyak di temukan pada media batu candi, kuil, prasasti maupun monumen, namun disini kita akan mengaplikasikan sebuah bentuk motif batik ke media plat logam tembaga atau kuningan sesuai perkembangan batik di Indonesia jenis dan corak batik sangatlah beragam salah satu contoh adalah motif batik tanaman pada tembaga atau kuningan,  selain bisa menjadi bentuk pajangan (ArtWork) pada ruangan panel relief batik dapat menjadi aksen tambahan dalam dunia dekorasi interior-eksterior.
Ditinjau dari produksi, Cina merupakan negara dengan produksi bijih besi tertinggi di dunia. Produksinya berjumlah 420 juta ton pda tahun 2005 merupakan 25%  dari total produksi bijih besi dunia. Negara lain yang termasuk produsen bijih besi besar antara lain; Brazil, Australia, India, dan Russia.  Indonesia juga mempunyai mempunyai cadangan bijih besi, walaupun jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan cadangan dunia.
Pengusahaan bijih besi juga sudah mulai digalakkan sejak dahulu untuk memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Namun demikian, ternyata produksi bijih besi nasional tidak cukup besar untuk memasok bahan baku untuk pemenuhan produksi baja dalam negeri.
Apabila melihat potensi bijih besi nasional, sebenarnya cadangan bijih besi di dalam negeri tidaklah kecil dengan kadar besi (Fe) yang bervariasi. Hanya saja kenyataan yang dijumpai hingga saat adalah bahwa keberadaan sumber bahan tambang besi ini tersebar di beberapa tempat dalam jumlah yang relatif kecil-kecil.
Sebagai contoh tersedia pasir besi disepanjang pantai Selatan Pulau Jawa dan Sumatra dengan mineral jenis titanomagnetite, kemudian tersedia juga bijih besi lateritik hasil pelapukan batuan ultra basa yang terdapat di Kalimantan dan Sulawesi, dan juga keberadaan bijih besi hematite dan magnetite di Ketapang, Belitung, Lampung dan Sumatera Barat.  
Dengan keberadaan yang relatif dekat dengan industri baja sangat dimungkinkan dilakukannya pemanfaatan bijih besi tersebut untuk menunjang industri baja nasional. Namun demikian pemanfaatan ini memerlukan kajian yang mendalam dari aspek teknis, ekonomi dan lingkungan, mengingat keberadaan bijih besi yang tersebar dalam jumlah yang relatif sedikit di berbagai lokasi, serta keadaan mineralogi yang membutuhkan pengolahan secara khusus. 
Proses pembuatan besi dengan blast furnace sampai sekarang masih menjadi andalan dalam menghasilkan besi dalam skala besar sebagai bahan baku untuk pembuatan baja. Namun demikian, ada kecenderungan pergeseran dari integrated steel plant menggunakan jalur kombinasi blast furnace - BOF ke penggunaan electric arc furnace (EAF).
Proses baru seperti direct reduction (DR) dan smelting reduction (SR) telah mulai banyak digunakan untuk menghasilkan bahan baku bagi produksi baja menggunakan EAF.
Smelting reduction kemungkinan akan semakin banyak diterapkan dan menggeser proses klasik blast furnace karena banyak keuntungan diantaranya kapasitasnya yang bisa lebih kecil, lebih ramah lingkungan, dapat menggunakan non coking coal dan bahan baku bijih besi yang lebih variatif dalam hal sifat fisik dan kimianya. 
Dibanding dengan proses DR, keuntungan proses SR adalah bahwa dengan operasinya pada temperatur tinggi reaksi akan lebih cepat dan terhindar dari persoalan penggumpalan yang sering terjadi pada proses DR. Masih dibutuhkan banyak penelitian untuk proses SR terutama dalam mengolah bijih besi dalam variasi yang sangat lebar. 
Dari tiga jenis sumber logam besi di Indonesia, yaitu bijih besi primer yang jumlahnya hanya relatif sedikit, kemudian bijih besi laterit dan pasir besi yang berjumlah cukup banyak, perlu di dorong untuk diolah secara komersial menjadi besi, baik dalam bentuk pig iron, sponge iron maupun reduced iron.
Usaha kearah pembuatan besi ini dalam skala kecil sudah dicoba di beberapa tempat termasuk di PT. KS yang dimaksudkan untuk umpan EAF dalam menghasilkan baja dan beberapa industri kecil yang mencoba membuat pig iron sebagai bahan baku besi cor di industri pengecoran logam.
Sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan bijih dan pasir besi dalam jumlah besar, industribesi dan baja di Indonesai masih sangat tergantung pada bahan baku pembuatan baja dan besi dari luar negeri berupa pig iron dan sponge iron.
Impor bahan baku tersebut pada tahun 2008 sebesar 516,2 ribu ton dimana sebagian besar diimpor dari Brazil. Sementara itu, bijih besi yang dihasilkan oleh sektor pertambangan di Indonesia dipasarkan dalam bentuk raw material ke luar negeri.
Saat ini ada dua produsen baja, PT Mandan Steel dan PT Meratus Jaya Iron & Steel, akan merealisasikan investasi senilai US$ 285 juta pada tahun ini di Kalimantan Selatan. Mandan Steel merupakan produsen baja asal Tiongkok yang akan merealisasikan pembangunan pabrik baja hulu di Kalsel senilai US$ 220 juta.
Sedangkan Meratus merupakan usaha patungan (joint venture) PT Krakatau Steel dan PT Aneka Tambang Tbk. Investasi Meratus di Kalsel ditujukan guna membangun pabrik baja hulu senilai US$ 65 juta. Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Suryawirawan menerangkan, Mandan Steel akan mulai membangun pabrik baja hulu di Kalsel pada April 2010.
Mandan Steel akan membangun pabrik berkapasitas 500 ribu ton pada tahap pertama April 2010. Pabrik baru itu akan memproduksi baja special alloy.
Investasi baja itu sangat perlu direalisasikan seiring lonjakan harga produk itu di dunia. Berdasarkan data Midle East Steel—lembaga riset baja di Timur Tengah, harga baja dunia melonjak 27% pada periode Januari 2009 dibandingkan Januari 2010 menjadi US$ 601 per ton dari US$ 430 per ton.
Sedangkan terkait konsumsi baja domestik, diprediksi meningkat 7-10% seiring pemulihan ekonomi global pascakrisis. Konsumsi baja nasional pada tahun ini diproyek-sikan mencapai 8-9 juta ton. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan 2009 yang mencapai 7-8 juta ton.
Depperin juga mengakui adanya kekhawatiran produsen baja lokal terkait dampak implementasi perda-gangan bebas Asean-Tiongkok (AC-FTA).  Konsumsi baja nasional dipasok 50% produksi lokal dan sisanya produk impor yang didominasi produk Tiongkok. Dengan perhitungan itu, impor baja Tiongkok mendekati 3 juta ton.
Rencana pengembangan yang juga penting adalah PT Krakatau Steel akan menyelesaikan kajian perjanjian joint venture dengan Pohang Iron and Steel Coorporation (Posco) April 2010. Kerja-sama dengan perusahaan Korea Selatan itu adalah untuk pendirian pabrik baja patungan senilai US$ 6 miliar yang berkapasitas 6 juta ton per tahun.  esdm/LKTRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar